Ada empat hal pokok dalam penerapan
berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu :
1. Penggunaan bahasa dalam keperawatan
Perawat menggunakan bahasa secara verbal maupun
nonverbal dalam mengekspresikan idea, pikiran, informasi, fakta, perasan,
keyakinan, dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi lain ataupun
secara nonverbal pada saat melakukan pendokumentasian keperawatan. Dalam hal
ini berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif
Lima macam
penggunaan bahasa dalam konteks berfikir kritis :
a. Memberikan
informasi yang dapat diklarifikasi (informative use of language)
b. Mengekspresikan
perasaan dan sikap (expressive use of language)
c. Melaksanakan
perencanan keperawatan atau ide-ide dalam tindakan keperawatan (directive
use of language)
d. Mengajukan
pertanyaan dalam rangka mencari informasi, mengekspresikan keraguan dan
keheranan (interrogative use of language)
e. Mengekspresikan
pengandaian (conditional use of language)
2. Argumentasi dalam keperawatan
Badman (1988) mengemukakan beberapa pengertian
argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam keperawatan adalah sebagai
berikut :
a. Berhubungan
dengan situasi perdebatan atau pertengkaran (dalam bahasa sehari-hari)
b. Debat
tentang suatu isu
c. Upaya
untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk berbuat suatu dalam rangka
merubah perilaku sehat
d. Berhubungan
dengan bentuk penjelasan yang rasional dimana memerlukan serangkaian alasan
perlunya suatu keyakinan dan pengambilan keputusan atau tindakan.
3. Pengambilan keputusan
Dalam praktek keperawatan sehari-hari, perawat selalu
dihadapkan pada situasi dimana harus mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini
dapat terjadi dalam interaksi teman sejawat profesi lain dan terutama dalam
penyelesaian masalah manajemen di ruangan.
4. Penerapan dalam proses keperawatan
a. Pada
tahap pengkajian
Perawat
dituntut untuk dapat mengumpulkan data dan memvalidasinya dengan hasil
observasi. Perawat harus melaksanakan observasi yang dapat dipercaya dan
membedakannya dari data yang tidak sesuai. Hal ini merupakan keterampilan dasar
berfikir kritis. Lebih jauh perawat diharapakan dapat mengelola dan
mengkategorikan data yang sesuai dan diperlukan. Untuk memiliki keterampilan
ini, perawat harus memiliki kemampuan dalam mensintesa dan menggunakan
ilmu-ilmu seperti biomedik, ilmu dasar keperawatan, ilmu perilaku, dan ilmu
sosial.
b. Perumusan diagnosa keperawatan
Tahap ini
adalah tahap pengambilan keputusan yang paling kritikal. Dimana perawat dapat
menentukan masalah yang benar-benar dirasakan klien, berikut argumentasinya
secara rasional. Semakin perawat terlatih untuk berfikir kritis, maka ia akan
semakin tajam dalam menentukan masalah atau diagnose keperawatan klien, baik
diagnose keperawatan yang sifatnya possible, resiko, ataupun actual. Berfikir
kritis memerlukan konseptualisasi dan ketrampilan ini sangat penting dalam
perumusan diagnose, karena taksonomi diagnose keperawatan pada dasarnya adalah
suatu konsep (NANDA, 1998).
c. Perencanaan keperawatan
Pada saat
merumuskan rencana keperawatan, perawat menggunakan pengetahuan dan alas an untuk
mengembangkan hasil yang diharapkan untuk mengevaluasi asuhan keperawatan yang
diberikan. Hal ini merupakan keterampilan lain dalam berfikir kritis, pemecahan
masalah atau pengambilan keputusan. Untuk hal ini dibutuhkan kemampuan perawat
dalam mensintesa ilmu-ilmu yang dimiliki baik psikologi, fisiologi, dan
sosiologi, untuk dapat memilih tindakan keperawatan yang tepat berikut
alasannya. Kemudian diperlukan pula keterampilan dalam membuat hipotesa bahwa
tindakan keperawatan yang dipilih akan memecahkan masalah klien dan dapat
mencapai tujuan asuhan keperawatan
d. Pelaksanaan keperawatan
Pada tahap
ini perawat menerapkan ilmu yang dimiliki terhadap situasi nyata yang
dialami klien. Dalam metode berfikir ilmiah, pelaksanaan tindakan keperawatan
adalah keterampilan dalam menguji hipotesa. Oleh karena itu pelaksanaan
tindakan keperawatan merupakan suatu tindakan nyata yang dapat menentukan
apakah perawat dapat berhasil mencapai tujuan atau tidak.
e. Evaluasi
keperawatan
Pada tahap
ini perawat mengkaji sejauh mana efektifitas tindakan yang telah dilakukan
sehingga dapat mencapai tujuan, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar kien. Pada
proses evaluasi, standar dan prosedur berfikir kritis sangat memegang peranan
penting karena pada fase ini perawat harus dapat mengambil keputusan apakah
semua kebutuhan dasar klien terpenuhi, apakah diperlukan tindakan modifikasi
untuk memecahkan masalah klien, atau bahkan harus mengulang penilaian terhadap
tahap perumusan diagnose keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya
Dalam
penerapan pembelajaran berpikir kritis di pendidikan keperawatan, dapat
digunakan tiga model, yaitu : feeling, model, vision model, dan examine
model yaitu sebagai berikut :
a. Feeling Model
Model ini
menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan. Pemikir kritis
mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan dalam
melakukan aktifitas keperawatan, dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas
dalam pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk, dan perhatian
kepada pernyataan serta pikiran klien.
b. Vision Model
Model ini
digunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan menerjemahkan
perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan, dan ide tentang
permasalahan perawatan kesehatan klien. Berpikir kritis ini digunakan untuk
mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk
merespon ekspresi.
c. Examine Model
Model ini
digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi. Perawat menguji ide
dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran
yang tepat untuk analisis, mencari, menguji, melihat, konfirmasi, kolaborasi,
menjelaskan, dan menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide.
Ada empat bentuk alasan berpikir kritis yaitu : deduktif,
induktif, aktivitas informal, aktivitas tiap hari, dan praktek. Untuk
menjelaskan lebih mendalam tentang defenisi tersebut, alasan berpikir kritis
adalah untuk menganalisis penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan dan
ketegasan asumsi, kuatnya bukti-bukti, menilai kesimpulan, membedakan antara
baik dan buruknya argumen serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil
yang diyakini benar serta tindakan yang dilakukan.
0 comments:
Posting Komentar